Pembahasan Kegawat daruratan Jantung
Kegawat daruratan jantung
Takikardi atau takiaritmia adalah
keadaan denyut jantung lebih dari 100 kali permenit. Takikardi dapat merupakan
suatu mekanisme kompensasi terhadap kondisi lain yang sedang terjadi dalam
tubuh seperti demam, anemia, syok dan sebagainya. Pada kondisi tersebut, yang
perlu kita tangani adalah faktor pencetusnya. Dengan sendirinya, denyut jantung
akan berkurang menuju kecepatan normal. Namun, pada kejadian takikardi dengan
denyut jantung ≥150 kali permenit, maka kemungkinan besar kondisi takikardi
tersebutlah yang menyebabkan tanda dan gejala lain pada pasien. Pada keadaan
ini, takikardi memiliki potensi bahaya serta perlu kita tangani segera. Dalam
artikel ini, kita akan membahas takikardi atau takiaritmia dengan denyut
jantung ≥ 150 kali permenit.
Hal terpenting yang perlu kita
nilai pada pasien takikardi adalah kestabilan klinis pasien. Pasien dinilai
sebagai tidak stabil apabila takikardi atau takiartimia tersebut menyebabkan
(dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik singkat):
1.
Hipotensi (pusing, pandangan gelap atau pingsan,
menyertai tekanan darah yang rendah)
2.
Penurunan kesadaran (GCS)
3.
Tanda-tanda syok (tekanan darah rendah, akral
dingin)
4.
Nyeri dada iskemia (nyeri dada retrosternal)
5.
Gagal jantung akut (sesak napas)
Takikardi adalah salah satu dari kegawat daruratan jantung
A. Pasien Tidak Stabil
Jika pasien menunjukan tanda-tanda tidak stabil, terapi
utama yang perlu dilakukan adalah kardioversi tersinkronisasi (synchronized
cardioversion). Kardioversi merupakan upaya mengkonversi irama takikardi
menjadi irama sinus. Kardioversi dapat dilakukan dengan menggunakan obat maupun
listrik (synchronized cardioversion). Alat yang digunakan sama seperti saat
melakukan defibrilasi yaitu defibrilator. Perbedaannya adalah dosis listrik
yang digunakan lebih kecil serta menggunakan mode sync. Kardioversi
tersinkronisasi menjadi pilihan karena pada pasien ini perlu segera dilakukan
konversi ke irama sinus (ingat bahwa kondisi pasien tidak stabil).
Tindakan kardioversi tersinkronisasi merupakan tindakan yang
penting karena jika tidak dilakukan pasien dapat mengalami perburukan. Namun,
tindakan ini juga merupakan tindakan yang berbahaya karena dapat mencetuskan
fibrilasi ventrikel (henti jantung). Oleh karena itu ada tiga hal yang perlu
disiapkan inform consent serta tim dan alat resusitasi. Pertimbangkan sedasi
pada pasien yang masih sadar. Sedasi dapat menggunakan midazolam dosis 0.5-1 mg
IV diberikan selama 2 menit. Tunggu selama 2-3 menit untuk evaluasi efek
sedasi.
Setelah pasien tersedasi, pastikan bahwa mode sync sudah
diaktifkan serta dosis listrik yang hendak digunakan sudah tepat. Rekomendasi
dosis inisial kardioversi adalah sebagai berikut.
QRS sempit dan
teratur : 50-100 J
QRS sempit tidak
teratur (misal fibrilasi atrium): 120-200 J bifasik atau 200 J monofasik
(tergantung tipe alatnya apakah bifasik atau monofasik). Hati-hati kardioversi
pada fibrilasi atrium (AF), terutama jika AF sudah terjadi lebih dari 48 jam
karena dapat menyebabkan trombus yang sudah terbentuk menjadi terlepas.
QRS lebar dan
teratur (contoh: VT) : 100 J
QRS lebar tidak
teratur : dosis defibrilasi (tidak disinkronisasi)
Setelah alat siap dan di-charge, pastikan tidak ada yang
berkontak dengan pasien. Shock dilakukan pada posisi yang serupa dengan
defibrilasi, yaitu satu paddle sternum dan satu paddle apeks. Segera cek nadi
dan monitor setelah shock selesai dilakukan untuk memastikan apakah irama sudah
menjadi normal, masih sama atau justru menjadi fibrilasi ventrikel. Jika masih
sama, dosis shock dapat dinaikan. Jika terjadi fibrilasi ventrikel atau kejadian
henti jantung lainnya, segera lakukan CPR. Segera berikan shock dosis
defibrilasi (tidak tersinkronisasi) apabila irama VT tanpa nadi atau VF.
Pada kasus kompleks QRS sempit dan reguler dapat
dipertimbangkan pemberian adenosin. Adenosin merupakan obat utama pada PSVT,
tetapi tidak dapat menghentikan atrial fibrillation, atrial flutter atau
ventricular tachycardia. (Cara pemberian adenosin akan dijelaskan di bawah).
B. Pasien Stabil
Pada pasien takikardi ≥150 kali
permenit tetapi memiliki kondisi klinis yang stabil, kita perlu membedakan
apakah kompleks QRS –nya lebar (≥0.12 detik) atau sempit (≤0.12 detik).
Kompleks QRS lebar menandakan bahwa takiaritmia tersebut berasal dari ventrikel
(kecuali pada sebagian kecil kasus yang mana terjadi aberansi sehingga QRS
melebar meski takikardi berasal dari supraventrikuler). Sementara itu kompleks
QRS sempit menandakan bahwa takikardi berasal dari supraventrikuler.
Sc: medicinesia.com
Mungkin cukup segini dulu
pembahasan kegawat daruratan jantung kita kali ini, semoga bisa di mengerti. Maaf jika masih banyak kesalahan
karena saya juga masih belajar.
Comments
Post a Comment